TEMPO.COJakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menegaskan bahwa ujian nasional bukan lagi penentu kelulusan siswa. “Kelulusan dikembalikan sepenuhnya kepada sekolah,” katanya dalam wawancara khusus dengan Tempo di ruang kerjanya, Selasa pekan lalu.

20160405_093721Selain itu, ada beberapa kebaruan lain yang ada pada ujian nasional 2016. Apa saja? Berikut ini petikan wawancaranya.

Pekan ini siswa sekolah menengah atas melaksanakan ujian nasional. Apa yang baru tahun ini?
Tahun ini kami meneruskan dan memperkuat berbagai perubahan yang digagas sejak tahun lalu. Semisal, UN dikembalikan pada fungsi pemetaan dan sudah tidak lagi menjadi penentu kelulusan. Sedangkan kelulusan dikembalikan sepenuhnya kepada sekolah.

20160405_093604Perubahan signifikan tahun ini ada pada skala pelaksanaan UNBK (ujian nasional berbasis komputer). Sementara tahun lalu kami baru menerapkan secara terbatas di 500 sekolah, tahun ini menjadi 4.400 sekolah di seluruh Indonesia. Dari 107 ribu siswa menjadi 921 ribu siswa. Meningkat 900 persen. DI Yogyakarta adalah provinsi dengan penerapan UNBK terbesar. Untuk kota, Surabaya bahkan menerapkannya di 100 persen sekolahnya. Lalu, kami menerapkan indeks integritas ujian nasional (IIUN) sebagai pendamping nilai UN.

 

20160405_093353

 

Indeks apa itu?
Ini indeks untuk mengukur pola kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan UN di sekolah. Sejak tahun lalu, kami juga menginisiasi ujian nasional berbasis komputer, dengan tujuan jangka panjang membuat UN lebih fleksibel sekaligus lebih andal, baik dari sisi pelaksanaan maupun dari sisi soal.

 

 

20160405_082322

 

Apa dasar penerapan IIUN?
Salah satu masalah bangsa ini adalah integritas. Sudah jadi desas-desus umum dulu pelaksanaan UN dikotori kecurangan, sering kali secara massal. Sudah saatnya kita berhenti mendiamkan kecurangan di dunia pendidikan. Dulu rakyat melapor ada kecurangan dan justru sering “dihukum”. Sekarang kita lakukan revolusi mental: negara yang melapor kepada publik tentang kejujuran dan kecurangan dalam UN.

 

20160405_082300

Bagaimana teknisnya?
IIUN adalah teknik analisis data yang menggunakan algoritma statistik untuk mendeteksi pola kecurangan pada jawaban ujian. Di dunia akademik, alat semacam ini sudah umum digunakan dan dikembangkan, bahkan sejak 1970-an. Yang terpenting untuk kita ingat adalah prestasi penting, tapi jujur yang utama.

 

UN diposisikan sebagai pemetaan. Apa tindak lanjutnya?
Untuk memperkuat fungsi UN sebagai pemetaan, sejak tahun lalu kami sudah memperkaya surat keterangan hasil UN serta laporan UN kepada siswa, sekolah, dan daerah. Laporan UN berisi informasi lebih dalam di balik sekadar nilai, di antaranya pada bagian apa saja siswa dan sekolah telah memenuhi standar kompetensi yang diharapkan dan pada bagian mana yang belum, bahkan sampai tingkat topik di dalam mata pelajaran.

20160405_082318

 

20160405_092319Bagaimana data itu digunakan?
Laporan ini seharusnya bisa dimanfaatkan sekolah dan daerah, digabungkan dengan berbagai pemetaan lain, sebagai bahan untuk menyusun strategi peningkatan mutu layanan. Kami di Kementerian juga melakukannya dengan menganalisis hasil UN terhadap berbagai pemetaan lain, seperti delapan standar nasional pendidikan, untuk bahan perbaikan ke depan.

Hasilnya, nilai UN paling berkorelasi dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Jadi betul ungkapan bahwa guru adalah kunci.

Tinggalkan Balasan